Fisioterapis bertugas pertama-tama untuk mengakses
(mendiagnosa, menganalisa) problema kesehatan pasien untuk kemudian melakukan
perawatan lewat sesi-sesi kinesiterapi, elektroterapi, mecanoterapi, terapi
okupasional , pemasangan protesis dan lain-lain. Menyebarkan pengetahuan tetang keselamatan (kesehatan) pada
masyarakat.
·Penyembuhan dengan Peralatan (Metode) Fisika
Menurut Raquel
Chillon, Profesor Fakultas Fisioterapi Universitas Sevilla mendefinisikan ilmu
fisioterapi sebagai suatu ilmu yang berkembang secara independen bagi para
”profesional” (paramedis) yang bekerja dengan menggunakan metode fisik (fisika)
untuk menyembuhkan, memulihkan, dan merawat, pasien. Dengan metode fisika,
Pr.Chillon merujuk pada penggunaan air, cahaya, panas, gelombang ultrasonik dan
tangan. Walaupun metode tersebut dinilai sangat penting dalam penyembuhan, Pr.
Chillon mengingatkan juga bahwa tidak tertutup kemungkinan untuk menggunakan metode-metode
lain.
Ilmuwan Indonesia
Mendunia ‘Lebih Terkenal di Negeri Orang’
Banyak orang yang merasa malu dan tidak bangga
menjadi bangsa Indonesia.
Kondisi perekonomian dan tingkah laku elit dan politisi yang seringkali membuat
ulah negatif terkadang membuat orang minder mengaku sebagai rakyat Indonesia. Kita
tidak bisa menutup mata dengan kenyataan yang terjadi. Namun kita masih
memiliki harapan bahwa ternyata ada rasa kebanggaan jika kita melihat para
ilmuwan Indonesia
yang menunjukan kehebatan mereka dan berkiprah di luar negeri.
Tahukah anda, negara kita ternyata memiliki
banyak sosok ilmuwan yang memiliki kecerdasan luar biasa. Berbagai penelitian
dan penemuan telah mereka lakukan. Hasil temuan mereka pun mendapat apresiasi
mengagumkan di negeri orang. Tulisan ini sengaja dibuat untuk mengenal lebih
dekat para ilmuwan, di mana mereka justru lebih terkenal di negara lain
ketimbang di negara kelahiran mereka sendiri.
Seandainya negara kita bisa memberikan suatu
penghargaan atau apresiasi atas jerih payah yang telah mereka lakukan. Para
Ilmuwan ini adalah asset besar negara kita. Ilmu yang mereka miliki seharusnya
diturunkan kepada generasi penerus bangsa ini. Sudah sepantasnya bila
mendapatkan apresiasi atas temuan mereka yang sangat bermanfaat. Lihatlah, di
negara lain mereka justru mendapatkan berbagai penghargaan atas keberhasilan
mereka tersebut.
Berikut ini adalah sejumlah ilmuwan Indonesia yang
telah memberikan bukti atas usaha mereka dalam menghasilkan sebuah temuan yang
menakjubkan:
1. Prof . Dr. Mezak Arnold Ratag, Penemu
Planetary Nebula Cluster.
Astronom lulusan
ITB Bandung ini namanya telah diabadikan di 120 Planetary Nebula Cluster,
termasuk Ratag-Ziljstra-Pottasch-Menzies dan Ratag-Pottasch cluster, yang telah
ia temukan. The International Astronomical Union begitu menghargai karyanya
pada Planetary Nebula yang merupakan sebuah langkah maju yang besar dalam ilmu
pengetahuan. Ia juga menerima penghargaan tertinggi untuk kepeloporan kerjanya
dalam model iklim.
Prof. Mezak juga bekerja sebagai Direktur Biro
Meteorologi Bahasa Indonesia, Klimatologi dan Geofisika. Selain itu ia juga
peneliti dalam Biro Penerbangan dan Antariksa Nasional.
Pada tahun 1988 Universitas Kerajaan Belanda di
Groningen, Rijksuniversiteit te Groningen
membolehkan Mezak untuk menempuh ujian doktoral (magister). Pada Juni 1991
Mezak Ratag memperoleh gelar doktor (summos honoris) dengan disertasi yang
berjudul “A Study of Galactic Bulge Planetary Nebulae”.
Mezak telah mempublikasikan lebih dari 100 karya
ilmiah nasional dan internasional. Ratusan Planetary Nebulae (PN) baru telah
ditemukannya. Temuan PN tersebut diterbitkan oleh Observatorium Strasbourg.
Lebih dari 100 international citations tentang karya-karya ilmiahnya dapat
dijumpai dalam berbagai jurnal, buku, dan prosiding internasional.
2. Josaphat T.S Sumantyo, Penemu Radar 3
Dimensi
Dengan totalitas
dan dedikasinya di bidang antena, sensor, dan radar, membuat Josh meraih
berbagai penghargaan dari ChibaUniversity, antara lain
dari Nanohana Venture Competition Award, Nanohana Competition Award hingga
Chiba University President Award.
Josh juga pernah meraih penghargaan The
Society of Instrument and Control Engineers (SICE) Remote Sensing
Division Award. Anggota dari Society of Instrument and Control
Engineers (SICE) sendiri adalah lembaga-lembaga besar seperti JAXA (lembaga
antariksa Jepang), NICT (Institut Nasional Teknologi Informasi dan Komunikasi
Jepang), NIES (Institut Nasional Studi Lingkungan), ISAS (Institut Ilmu
Pengetahuan Antariksa dan Astronotikal), universitas-universitas, serta
perusahaan-perusahaan besar perlengkapan antariksa Jepang mulai dari
Mitsubishi, Toshiba, dan NEC.
Ratusan paten milik Josh tersebar di 118 negara
di dunia. Karya Josh di masa depan akan diaplikasikan di bidang telekomunikasi,
transportasi, penginderaan jarak jauh, kesehatan maupun militer. 1200 unit
Radar cuaca buatan Josh akan digunakan oleh perusahaan Jepang Weathernews
Corporation untuk mengirimkan informasi prediksi cuaca 3 Dimensi. Informasi ini
nantinya juga digunakan untuk navigasi pesawat, kapal (alat transportasi massa) dengan lebih
akurat. Josh juga membuat radar anti bajak laut bagi kapal-kapal skala besar
Jepang, maupun radar-radar untuk mobil yang melewati daerah bersalju.
Riset Josh yang sangat bermanfaat dengan
kebutuhan Indonesia antara lain di bidang pemantauan pergerakan lempeng serta
pemantauan musibah dan manajemen bencana berbasis penginderaan jarak jauh.
Riset ini dapat digunakan memonitor pergerakan permukaan bumi dengan akurasi
milimeter, memonitor pergeseran permukaan bumi sebelum tanah longsor terjadi,
atau pergerakan sesar atau patahan.
Namun sayangnya, bukan Indonesia yang
memanfaatkan riset Josh, justru negeri Jiran lah yang menikmati hasil
penelitian ini. Riset ini kemudian menjadi salah satu bantuan teknologi
pemerintah Jepang kepada pemerintah Malaysia untuk memetakan daerah-daerah
rawan tanah longsor di Semanjung Malaysia yang proyeknya akan dilaksanakan
selama tahun 2011-2016, melalui program Official Development Assistance (ODA).
3. Dr. Johny Setiawan, Penemu Planet Baru
HIP 13044b
Dr. Johny Setiawan
merupakan lulusan doktor termuda di Albert-Ludwigs Universitas, Greiburg,
Jerman. Ia adalah satu-satunya ilmuwan non Jerman yang menjadi Ketua Tim Proyek
Max Planck Institute for Astronomy, di Heidelberg, Baden-Württemberg,
Jerman sejak tahun 2003.
Profesinya sebagai seorang astronom menuntutnya
untuk sering melakukan kegiatan pengamatan dari ketinggian 2400 M di tengah
gurun terpencil bersuhu ekstrim, di Observatorium La Silla Chile, yang
merupakan salah satu observatorium terbesar dunia di belahan bumi bagian
selatan.
Hasil temuannya yang menakjubkan mendapatkan
apresiasi dari para ilmuwan setempat. Terlebih saat ia berhasil menemukan
planet baru dari luar tata surya (exoplanet) baru-baru ini. Yang lebih
menimbulkan decak kagum terhadapnya adalah karena ia telah banyak menemukan
planet, mulai dari planet bernama HD 47536 b, HD 11977 b, HD 47536 c, HD 70573
b, HD 110014 b, hingga TW Hydrae b. Ia juga mempublikasikan bahwa planet
tersebut tak hanya berasal dari luar sistem tata surya, tapi diperkirakan
berasal dari luar galaksi Bima Sakti. Planet itu diberi nama HIP 13044 b.
Planet yang jaraknya 2000 tahun cahaya dari bumi itu, masih bertahan hidup dan
diperkirakan yang masih tersisa dari fosil galaksi lain yang telah punah, yakni
fosil galaksi Helmi Stream, yang tersedot ke galaksi Bima Sakti antara 6-9
miliar tahun lalu, dan berada di sebelah selatan konstelasi Fornax.
Dr. Johny dan timnya berhasil menemukan planet
ini dengan menggunakan spektografi beresolusi tinggi FEROS, pada teleskop MPG/
ESO yang bergaris tengah 2.2 m di observatorium La Silla Chile. Dengan
mengamati pergerakan radial bintang HIP 13044, diperkirakan planet HIP 13044 b
mengitari bintang induknya itu dengan periode orbit 16,2 hari.
Nama Dr. Johny begitu terkenal di negeri orang
untuk bidang astronomi internasional. Mulai dari Time, New York Times, BBC,
National Geographic, atau Space.com. Penemuan Johny juga telah dipublikasikan
di Science, Nature, maupun Astronomy and Astrophysics.
4. Dr. Warsito, Penemu Alat Pemindai
(ECVT) 4 Dimensi
Dr. Warsito adalah
seorang penemu yang mengembangkan teknologi pemindai atau Electrical
Capacitance Volume Tomography (ECVT) 4 Dimensi pertama di dunia. Ilmuwan
muslim dari Indonesia ini juga sebagai pemilik paten ECVT yang didaftarkan di
dokumen paten Amerika Serikat. Teknologi tersebut kini dipakai oleh Badan
Antariksa Amerika Serikat atau National Aeronautics and Space
Administration (NASA). ECVT adalah satu-satunya teknologi yang mampu
melakukan pemindaian dari dalam dinding ke luar dinding seperti pada pesawat
ulang-alik.
Teknologi ECVT ini ditemukan saat Warsito
melakukan studi akhir ketika menjadi mahasiswa S1 di Fakultas Teknik Jurusan
Teknik Kimia, Universitas Shizuoka, Jepang, tahun 1991. Ketika itu Warsito
ingin membuat teknologi yang mampu melihat atau tembus dinding reaktor yang
terbuat dari baja atau obyek yang opaque (tak tembus cahaya).
Semasa sekolah Warsito yang kelahiran Solo, 16
Mei 1967 ini merupakan siswa cemerlang. Ia pindah ke Yogyakarta setelah
diterima sebagai mahasiswa Teknik Kimia UGM. Namun karena terbentur biaya ia
gagal melanjutkan kuliahnya. Kemudian ia merantau ke Jakarta dan mendapat
beasiswa di Universitas Shizuoka, Jepang, 1987. Tahun 1997 ia meraih gelar
tertinggi akademik (S3). Pada 1999 Warsito hijrah ke Amerika Serikat. Dengan
riset tomografi yang dimilikinya, Warsito menjadi satu dari 15 peneliti papan
atas dunia di Industrial Research Consortium, Ohio State University. Riset
tersebut menjadi acuan sejumlah perusahaan minyak raksasa di dunia seperti
ExxonMobil, Conoco Phillips, dan Shell.
Warsito dipercaya
menjadi pembicara utama dalam sejumlah forum ilmuwan dunia. Momen yang tak
terlupakan baginya adalah ketika ia mempresentasikan sesi paripurna (plenary
lecture) di Konferensi Internasional tentang Reactor Engineering di Delft,
Belanda pada tahun 1999. Sesi paripurna tersebut merupakan konferensi besar
yang dihadiri pakar dan professor dari seluruh dunia. Ia merasa bahwa tak ada
penghargaan yang lebih besar dari itu dalam hidupnya.
Tahun 2003 - 2006 ia wara wiri Amerika -
Indonesia. Kemudian ia memutuskan kembali ke Indonesia. Ia mengembangkan
teknologi ECVT di Center for Tomography Research Laboratory (CTECH Labs) yaitu
sebuah laboratorium pada ruang berukuran 5 x 8 meter di sebuah ruko berlantai
dua di Tangerang. Cita-cita Warsito ingin membangun institusi riset yang tidak
kalah dengan institusi riset mana pun di dunia, dan itu adalah di Indonesia.
5. Dr. Eng. Eniya Listiani Dewi, Penemu
Membran Sel Bahan Bakar
Dr. Eng. Eniya
Listiani Dewi, seorang peneliti madya pada Pusat Teknologi Material, Badan
Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT). Doctor of Engineering lulusan dari
Waseda University Tokyo Jepang ini memilih bidang Kimia Terapan, dan mendalami
studi tentang polimer dan katalis untuk fuel cell. Pada tahun 2003 ia mendapat
penghargaan Mizuno Award, dan Koukenkai Award dari universitasnya berkat hasil
temuannya berupa katalis fuel cell baru yang menggunakan unsur Vanadium.
Fuel cell adalah sel elektrokimia semacam baterai
atau aki, yang dapat mengkonversi sumber bahan bakar (bisa berupa hidrogen atau
hidrokarbon) menjadi listrik arus searah (DC). Fuel cell bisa digunakan
menyuplai listrik rumah tangga, mobil, motor, dan lain-lain. Hasil temuan Dr.
Eniya Dewi yang mutahir adalah sebuah produk membran polimer untuk fuel cell
yang lebih efisien dari membran yang tersedia di pasaran. Produk membran itu
dia namakan ThamriON. Produk itu memiliki efisiensi lebih baik, karena mampu
mengurangi kebocoran hingga 50%. Dari sisi harga, ThamriON jauh lebih bersaing.
Bila membran Nafion keluaran DuPont dijual sekitar US$.1,000 atau sekitar Rp.9
juta per meter persegi, ThamriOn hanya seharga Rp.2000 per meter persegi. Nama
ThamriON sendiri merupakan gabungan dari kata ‘Thamrin’ dan ‘Ion’, dipilih
untuk mengabadikan alamat kantor Dewi, Gedung BPPT yang terletak di Jl. MH
Thamrin Jakarta Pusat.
Pada tahun 2009 metode penambahan nanopartikel
itu berhasil meraih penghargaan Asia Excellence Award dari The Society of
Polymer Science Japan (SPSJ). Tahun berikutnya, ThamriON dipatenkan dan
berhasil meraih penghargaan Inovasi HKI 2010 Award dari Direktorat Jendral HKI.
6. Prof. Dr. Khoirul Anwar, Penemu sistem
telekomunikasi 4G berbasis OFDM (Orthogonal Frequency Division Multiplexing).
Prof. Dr. Khoirul
Anwar pemilik paten di Jepang atas sistem telekomunikasi 4G berbasis OFDM (Orthogonal
Frequency Division Multiplexing) yang kini bekerja di Nara Institute
of Science and Technology, Jepang. Dia mengurangi daya transmisi pada
orthogonal frequency division multiplexing. Hasilnya, kecepatan data yang
dikirim bukan menurun seperti lazimnya, melainkan malah meningkat. Hasil
penelitiannya tersebut mampu menurunkan power sampai 5dB=100 ribu kali lebih
kecil dari yang diperlukan sebelumnya.
Tahun 2006 ia juga menemukan cara mengurangi daya
transmisi pada sistem multicarrier seperti Orthogonal frequency-division
multiplexing (OFDM) dan Multi-carrier code division multiple access (MC-CDMA),
yaitu dengan memperkenalkan spreading code menggunakan Fast Fourier Transform
sehingga kompleksitasnya menjadi sangat rendah sehingga bisa mengurangi
fluktuasi daya. Teknik ini kemudian dipakai oleh perusahaan satelit Jepang.
Saat ini, Prof. Khoirul tinggal bersama isteri
dan 3 putranya di Nomi, Ishikawa. Ke-3 anaknya memenuhi formula deret
aritmatika dengan beda 1.5 tahun. Sukses di negeri orang tak membuatnya lupa
dengan tanah kelahiran. Suatu saat ia akan pulang ke Indonesia setelah meraih
banyak ilmu di luar negeri.
7. Dr. Yogi Ahmad Erlangga, Penemu rumus
matematika berdasarkan persamaan Herlmholtz guna pencarian sumber minyak bumi.
Yogi Ahmad
Erlangga seorang ilmuwan muda Indonesia meraih gelar doktor dari Universitas
Teknologi Delft, Belanda pada usia yang terbilang muda, 31 tahun. Dia sangat
mencintai matematika. Di negeri kincir angin itu, dia dinobatkan sebagai doktor
matematika terapan. Dan matematika itulah yang melambungkan Yogi Erlangga ke
perusahaan minyak raksasa dunia. Rumus matematika yang dikembangkannya membuat
ribuan insinyur minyak bisa bekerja cepat. Akurasi tinggi.
Yogi berhasil memecahkan rumus matematika
berdasarkan “Persamaan Helmholtz”. Keberhasilan Yogi tersebut merupakan tonggak
penting bagi ilmu pengetahuan dan pengembangan teknologi. Hasil temuannya dapat
diterapkan dalam sejumlah bidang. Salah satunya untuk mempercepat pencarian
sumber-sumber minyak bumi. Ia mampu memecahkan Persamaan Helmholtz yang rumit,
setelah mendalaminya selama 4 tahun.
Dengan riset yang menghabiskan dana hampir Rp. 6
milyar itu, ia berhasil mengembangkan metode perhitungan lebih cepat.
Penelitian Yogi adalah murni Matematika. Dia berhasil mengembangkan suatu metode
kalkulasi, yang memungkinkan sistem komputer untuk menyelesaikan ekuasi krusial
secara lebih cepat. Padahal, persamaan krusial itu sulit diatasi oleh sistem
komputer yang dipakai perusahaan-perusahaan minyak. Penelitian Yogi itu
didasarkan pada “Ekuasi Helhmholtz”.
Menurut Yogi, Shell selama ini harus menggunakan
rumus Helmholtz berkali-kali. Bahkan, kadang-kadang harus ribuan kali untuk
survei hanya di satu daerah saja. Itu sangat mahal dari sisi biaya, waktu dan
hardware. Yogi punya persamaan matematika dalam bentuk diferensial. Yang
dilakukan Yogi untuk memecahkan rumus Helmholtz itu adalah mengubah persamaan
ini menjadi persamaan linear aljabar biasa. Begitu didapatkan, maka ia pecahkan
dengan metode direct atau literasi.
Rumus matematika temuan Yogi itu juga dipakai
untuk teknologi keping Blue-Ray. Keping itu bisa memuat data komputer dalam
jumlah yang jauh lebih besar. Rumus itu juga mempermudah cara kerja radar di
dunia penerbangan.
Ir. R. Mulyoto
Pangestu, Dip. Agr. Sc, Dosen Fisiologi Reproduksi dan Inseminasi Buatan
Fakultas Peternakan UNSOED Purwokerto berhasil menemukan metode pengeringan dan
penyimpanan sperma yang sangat berguna bagi para ilmuwan dan dokter di negara
berkembang yang kekurangan biaya untuk mengadakan peralatan pendingin.
Peralatan cold storage untuk menyimpan bahan organis biasanya membutuhkan
nitrogen cair sebagai bahan pendingin (coolant). Selain tangkinya mahal dan
makan tempat, nitrogen cair sangat berbahaya. Agar tetap cair, nitrogen jenis
ini harus disimpan di bawah suhu minus 196 derajat Celcius.
Hasil temuan Mulyoto justru merupakan cara untuk
mengeringkan dan menyimpan sperma dalam suhu ruangan karena ia memakai jasa gas
nitrogen. Yang luar biasa temuan Mulyoto ini mengalahkan ratusan pesaingnya
dari berbagai negara Asia Pasifik. Bahan yang dipakainya sangat murah hanya
sekitar Rp 2.500,-. Bahan yang dipakai adalah 2 lapis tabung plastik mini
(ukuran 0,250 ml dan 0,500 ml) yang disegel dengan panas (heat-sealed),
kemudian dibungkus lagi dengan aluminium foil. Sperma yang telah dikeringkan di
penyimpanan dalam suhu ruang, dapat bertahan bertahun-tahun dalam kondisi
prima. Sperma itu dapat dipakai untuk fertiliasi (pembuahan buatan) berikutnya.
Atas hasil penemuan itu Mulyoto meraih
penghargaan tertinggi (Gold Award) dalam kompetisi Young Inventors Awards, yang
diadakan majalah The Far Eastern Economic Review (FEER) dan Hewlett-Packard
Asia Pasifik.
Mulyoto tidak mencoba metodenya itu untuk sperma
manusia karena ethics permit yang dimilikinya hanyalah untuk hewan. Sperma yang
sudah dikeringkan berasal dari mencit (mice), marmoset (sejenis kera), dan juga
wombat (binatang asli Australia). Menurut Mulyoto, yang sudah digunakan untuk
pembuahan adalah sperma mencit dan marmoset yang mampu membentuk embrio. Bahkan
mencit sudah berhasil melahirkan anak mencit.
Temuan Mulyoto tersebut saat ini sedang dalam
proses dipatenkan di Australia. Paten temuan Mulyoto ini nantinya menjadi milik
Universitas Monash, namun namanya akan tercatat sebagai inventornya.
Kiprah para ilmuwan Indonesia
ini di negeri orang sungguh sangat mengagumkan dengan mendapatkan begitu banyak
penghargaan. Seharusnya orang-orang hebat seperti mereka mendapatkan apresiasi
di negeri sendiri karena dengan kecerdasan mereka lah nama Indonesia menjadi
harum dan diperhitungkan di dunia Internasional.
Masih banyak ilmuwan Indonesia yang saat ini menuntut
ilmu dan berkarir di berbagai negara di belahan dunia. Mereka cenderung lebih
memilih untuk menjalani kehidupan dengan profesi mereka saat ini sebagai
ilmuwan. Beragam alasan mereka untuk tidak kembali ke tanah air, salah satunya
adalah peran dan keahlian ilmuwan sangat dihargai di sana. Selain itu kurangnya kesadaran
perusahaan di Indonesia
untuk berkolaborasi dengan universitas atau lembaga penelitian untuk menunjang
riset mereka. Hebatnya di negara lain juga menyediakan dana riset besar,
akses buku dan jurnal penting, serta fasilitas riset yang kondusif untuk
inovasi riset dan teknologi. Semoga Indonesia bisa belajar menghargai
peran seorang ilmuwan seperti halnya negara lain menghargai kecerdasan ilmuwan
sekalipun mereka bukan warganegaranya.